Rabu, 09 Februari 2011

Analisis cerpen "The Winner" karya Lisnawaty dengan pendekatan struktural


Sinopsis
“The Winner”    
                                                                 karya Lisnawaty 
Di sebuah sekolah SMA terdapat siswa yang bernama Ratu. Ratu adalah siswa kelas XI yang paling cantik dan pintar. Dalam hal akademik, ia selalu meraih juara 1 dan tak pernah mendapatkan peringkat 2. Karena kelebihannya itu, ia banyak disukai teman laki-laki di sekolahnya. Ia berkomitmen tidak akan pacaran dengan siapapun jika tidak ada laki-laki yang lebih pintar darinya.
Suatu ketika datanglah siswa baru yang bernama Rudi. Keberadaan Rudi membuat Ratu membencinya karena telah mengalahkan 2 nilai mata pelajaran. Mengetahui sikap Ratu yang kurang baik terhadapnya, Rudi tak pernah membalas sikap Ratu, namun ia malah menyukai dan menyatakan perasaannya terhadap Ratu. Hal tersebut membuat Ratu kaget, sangat tidak mungkin rasanya jika laki-laki yang membuat kesal setengah mati itu malah menaruh hati padanya. Namun ia tetap berpegah teguh dengan keyakinannya. Pada akhirnya Rudi mengajak taruhan dengan Ratu. Jika semester itu Rudi meraih peringkat pertama, maka Ratu harus menjadi pacarnya. Ratu pun tidak tinggal diam. Ketika menghadapi ujian semester, dia lebih giat belajar hingga larut malam bahkan sering begadang dan datang ke sekolah pagi-pagi sehingga ia jatuh sakit. Namun ia tak mempedulikan akan kondisinya, yang ia pikirkan hanyalah mempertahankan peringkat 1 dan tak ingin terkalahkan oleh siapapun.
Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba. Ketika itu adalah hari penentuan siapa yang akan menjadi pemenang. Sebelum pengumuman dan pembagian rapor akan diadakan upacara bendera terlebih dahulu, kegiatan tersebut sudah menjadi tradisi di sekolah itu. Setelah upacara, kepala sekolah mulai mengumumkan juara yang akan mendapatkan piagam. Jantung Ratu berdegup dengan kencang dan ternyata ia meraih peringkat kedua, sedangkan yang meraih peringkat pertama adalah Rudi. Ratu pun menerima kekalahannya itu dengan memberi selamat kepada Rudi.
Sesuai dengan perjanjian, ia pun harus menjadi pacar dan berkencan dengan Rudi. Semula Ratu mengira Rudi akan mengajaknya makan atau nonton ke bioskop, tetapi Rudi mengajak ke pemakaman kakak Rudi yang telah meninggal dunia. Ratu pun kaget ketika nama di batu nisan itu Ratu Anggoro, nama yang sama dengan Ratu. Rudi menceritakan tentang kisah hidup kakaknya sebelum meninggal yang ternyata sama dengan Ratu yang selalu menginginkan segala-galanya dengan sempurna. Sesuai dengan namanya, haruslah menjadi nomor 1 dan terobsesi. Namun karena karena kecelakaan lalu lintas, kakaknya Rudi meninggal dunia. Akhirnya pun Ratu sadar walaupun tidak meraih juara 1, ia tetap mendapatkan pelajaran yang sangat berharga yang tak terlihat nilainya dari Rudi dan kakaknya yang telah meninggal dunia.

Opening
Kepandaian adalah suatu sifat atau kelebihan yang dimiliki seseorang dan merupakan anugerah dari Tuhan. Kelebihan tersebut bukan berarti setiap orang tidak bisa memilikinya, karena pada dasarnya manusia diciptakan dengan akal, pikiran, dan hati nurani serta bakat atau kelebihan yang berbeda-beda. Setiap orang dapat dikatakan pandai jika ada kemauan dari dalam diri untuk berusaha belajar, baik dalam hal akademik maupun dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari. Suatu kepandaian bukan sifat untuk dijadikan kesombongan, ambisi, ataupun kekuatan untuk mempertahankan sesuatu, karena cinta yang akan mengubah segalanya dari hal yang negatif ke hal yang lebih positif. Tentu kelebihan tersebut hanya bersifat sementara di dunia ini saja. Seperti yang dirasakan pada tokoh Ratu dalam cerpen berjudul “The Winner” karya Lisnawaty.

Isi
Isi cerpen yang berjudul “The Winner” bertemakan cinta dan ambisi. Dalam cerpen tersebut terdapat tokoh-tokoh yang menghidupkan cerita, yaitu Ratu Jessica. Ratu digambarkan sebagai seorang siswi SMA kelas XI yang sempurna. Karena selain pintar, ia juga cantik sehingga banyak disukai teman laki-lakinya. Ia pun memiliki sifat keras hati, karena ia berkomitmen tidak akan menerima seseorang untuk menjadi pacarnya, jika tidak ada laki-laki yang lebih pintar darinya. Kemudian ia termasuk siswa yang tak mau terkalahkan oleh siapapun oleh karena itu ia selalu mendapatkan peringkat 1 dalam hal akademik. Tokoh Ratu diposisikan sebagai tokoh utama yang antagonis karena tokoh tersebut memiliki ambisi untuk selalu mendapatkan juara 1 dan tak seorangpun yang boleh mengalahkannya, namun akhirnya ia sadar dengan perbuatannya yang salah. Selain tokoh utama, terdapat tokoh lainnya yaitu Rudi. Rudi adalah siswa yang datang ke sekolah, tempat Ratu terdaftar menjadi siswa. Walaupun ia tergolong siswa baru, ia dapat menarik perhatian siswa-siswi lainnya terutama para gadis. Hal tersebut karena Rudi memiliki senyuman yang menarik dan dapat mengalahkan nilai-nilai Ratu. Keberadaannya membuat Ratu kesal dan membencinya. Walaupun demikian ia tak membalasnya akan tetapi menyukai gadis yang paling favorit itu. Tokoh Rudi merupakan tokoh yang protagonis karena ia adalah siswa yang pendiam, baik, pintar, cuek tetapi perhatian terhadap orang yang ia sukai. Jika ada seseorang yang membencinya, ia tak pernah membalas kebencian itu. Tokoh inilah yang akan membuat Ratu sadar akan kesalahannya.
Sudut pandang yang digunakan pengarang terhadap tokoh dalam cerpen tersebut adalah orang ketiga karena bukan menceritakan pengarang tetapi orang lain. Tokoh Ratu bersudut pandang orang ketiga pelaku utama, karena menceritakan dia (Ratu) sebagai tokoh sentral. Kemudian tokoh lainnya yaitu Rudi diposisikan sebagai orang ketiga pelaku sampingan karena membantu pelaku utama yang mewarnai cerita.
Kemudian terdapat latar yang melengkapi cerpen tersebut yang cenderung di lingkupan sekolah para tokoh, seperti di kelas saat guru matematika sedang membagikan hasil ulangan matematika kepada siswa dan Ratu merasa kesal karena hasil ulangannya dibawah Rudi. Kejadian tersebut ketika kegiatan belajar berlangsung. Seperti kutipan berikut ini.
Ratu...”panggil Bu Rini
Ratu maju ke depan kelas dengan santai, karena ia yakin bahwa kali ini ia tetap yang terbaik.
            “98. Nilai yang bagus, tingkatkan lagi!,” puji Bu Rini dengan senyumannya
            Rudi...,”lanjut Bu Rini.
            “100. Nilai yang sempurna, pertahankan terus ya” puji Bu rini
Betapa kagetnya Ratu mendengar bahwa ada siswa lain mendapatkan nilai yang lebih bagus darinya.
Selanjutnya dengan latar tempat yang sama, ketika itu terjadinya percakapan antara Ratu dan Rudi, yang mana Rudi memuji dan mengatakan perasaannya terhadap Ratu dan mereka mengadakan perjanjian, jika di semester tersebut Rudi menjadi juara 1, Ratu harus menjadi pacarnya. Peristiwa tersebut berlatar waktu pagi hari sebelum kegiatan belajar berlangsung. Kutipan para tokoh dalam peristiwa tersebut.
“pagi” sapa Rudi
“pagi...,” Ratu membalas dengan sapaan yang enggan.
“lagi baca apa?pantesan niliamu selalu bagus, kamu rajin sih, ya?!”
“kamu nyindir aku?”
“lho kok nyindir?!ya enggaklah. Aku muji tahu. Aku kagum ada cewek kaya
kamu. Cantik, pintar, rajin, Cuma sayang sedikit galak,” goda Rudi.
“Apa pedulimu?...” sahut Ratu
            “aku suka kamu. Mau gak kamu jadi pacar aku?”.
Begitulah percakapan para tokoh tersebut. Selain di kelas, latar tempat lainnya di lapangan upacara sekolah pada pagi hari. Hari itupun adalah hari penentuan siapa yang akan menjadi pemenang. Sebelum pengumuman dan pembagian raport akan diadakan upacara bendera terlebih dahulu, kegiatan tersebut sudah menjadi tradisi di sekolah itu. Setelah upacara selesai, kepala sekolah mulai membacakan daftar peringkat mulai dari kelas X kemudian dilanjutkan ke kelas XII. Dan ternyata yang meraih juara 1 adalah Rudi sedangkan Ratu meraih juara 2. Seperti kutipan berikut.
“Untuk kelas X, juara umum ketiga dengan nilai rata-rata 9,1 diraih oleh Vika Sari dari kelas XI-C.”
            “Juara umum kedua dengan nilai rata-rata 9,7 diraih oleh...”
Jantung Ratu berdegup kencang. Seluruh tubuh terasa kau.
            “Ratu Jessica dari kelas XI-A.”
            Juara umum pertama dengan rata-rata nilai 9,8 adalah Rudi”.
Lalu di ruang kesehatan sekolah. Disaat pengumuman Juara, Ratu jatuh pingsan dan dibawa ke ruang uks. Di sana ada Rudi yang menemani dan Ratu pun mengakui kemenangan Rudi. Kutipan certia tersebut adalah sebagai berikut.
            Selamat ya, kamu pemenangnya!” ujar Ratu.
            “Bodoh!” ujar Rudi sambil tersenyum hangat.
Suasana dari beberapa latar tempat diatas cukup menggelikan karena menceritakan kesehari-harian sang tokoh. Disaat sang tokoh utama membenci tokoh lainnya karena telah mengalahkannya tetapi tokoh yang dibenci malah menyukai tokoh utama dan mengajaknya berpacaran. Tentu saja terdapat gejolak dalam diri sang tokoh utama tersebut dan akhirnya ia menerima tokoh lain untuk menjadi pacarnya.
Latar tempat yang terakhir yang diambil pengarang dalam cerita tersebut yaitu di Pemakaman kakak Rudi, tepatnya di pinggir kota. Ketika itu Rudi mengajak Ratu ke pemakaman sang kakak yang ternyata nama dan sifatnya sama dengan Ratu. Di situlah Rudi menceritakan kisah hidup kakaknya sebelum meninggal. Dalam peristiwa tersebut menimbulkan suasana yang cukup mengharukan bagi para tokoh dan sang tokoh utama mendapatkan pelajaran yang berharga.
”Dia adalah kakakku satu-satunya. Karena orang tuaku seorang dokter, dia terobsesi untuk menjadi doter. Sama persisnya dengan kamu, dia menginginkan segala-galanya dengan sempurna. Sesuai dengan namanya, dia haruslah menjadi ratu. oleh karena itu ia sangat berprestasi dan selalu yang pertama sehingga dalam kamusnya tak ada istilah nomor 2. Namun kecelakaan lalu lintas merengutnya dari dari kami, mungkin karena kecapean saat menyetir mobil.” Rudi menceritakan sambil menitikan air mata. Itulah latar tempat, waktu, dan suasana yang disajikan dalam cerpen tersebut.
Selain tokoh, penokohan, sudut pandang, dan latar dalam cerita pasti terdapat alur. Dalam cerpen tersebut menggunakan alur campuran. Di awal cerita kegiatan pelaku tersusun dari pengantar yaitu di awal cerita ketika memperkenalkan sang tokoh, tempat, keadaan tokoh tersebut. Kemudian pada penampilan masalah diceritakan kedatangan sang tokoh lainnya yang membuat tokoh utama membencinya, puncak klimaksnya ketika para tokoh berlomba untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Bagian anti klimaks yaitu ketika salah satu dari tokoh kalah dari taruhan dan mengakui kekalahannya. Saat  permasalahannya berangsur-angsur selesai, sang pelaku sampingan menceritakan kisah kakaknya semasa hidup hingga meninggal dunia. Cerita tersebut mengulang kembali masalah masa lalu dari seorang tokoh. Kemudian bagian penyelesaian cerita yaitu ketika pelaku utama sadar akan kekeliruannya.
Kurang rasanya jika sebuah cerita tanpa gaya bahasa yang dapat memperindah kata-kata. Tentu saja dalam cerpen ini terdapat gaya bahasa sesuai kebutuhan cerita. Pertama terdapat majas metafora pada paragraf ke-2 kalimat keempat, yaitu “Tak aneh jika ia menjadi bunga di sekolahnya.” Maksud kalimat tersebut adalah sang pelaku utama diumpamakan sebagai bunga karena ia sangat cantik dan pintar, sehingga disukai oleh teman-temannya. Kedua yaitu majas hiperbola pada paragraf 13 kalimat terakhir yaitu “harga diri Ratu serasa terlempar ke dalam jurang yang paling dalam” maksudnya Ratu merasa terkalahkan karena nilai-nilainya dalam pelajaran terlampaui oleh siswa baru yang bernama Rudi dan kata-kata tersebut dibesar-besarkan hanya karena terkalahkan dalam hal nilai saja tetapi sebenarnya tidak masuk dalam jurang. Majas tersebut juga terdapat pada paragraf  21 kalimat ke-2 yaitu “ Jantung Ratu nyaris berhenti berdetak saking kagetnya”. Maksud kalimat tersebut adalah Ratu kaget karena orang yang membuatnya kesal setengah hati ternyata menyukainya dan diumpamakan jantungnya nyaris berhenti berdetak, maka ke dua kalimat yang mengandung majas hiperbola tersebut sangat berlebihan. Ketiga majas paradoks terdapat pada paragraf 28 kalimat ke-1 yaitu “Diam berarti setuju”. Maksudnya pada kata-kata Rudi yang menawarkan taruhan pada Ratu namun Ratu tak menjawab. Kalimat tersebut mengandung pertentangan karena diam itu artinya tak menjawab tetapi diartikan menjawab iya. Keempat majas sinekdok pada paragraf 30 kalimat ke-7 dan ke-8 yang menyatakan bahwa “Kepala sekolah mulai membacakan daftar peringkat mulai dari kelas X. Setelah itu baru dilanjutkan ke kelas XI.” Kata kepala sekolah menunjukan majas sinekdok pars prototo karena menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Sedangkan kata kelas X dan XI menyatakan sinekdok totem proparte. Kemudian majas terakhir yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah majas metonomia pada paragraf 45 kalimat ketiga yang menyatakan “Dengan Motor Ninja R kesayangannya, ia mengajak Ratu ke sebuah pemakaman umum di pinggir kota”. Kalimat tersebut dikatakan majas metonomia karena kata “Motor Ninja R” adalah nama merek dagang.
Amanat yang disampaikan melalui cerita ini yaitu agar kita selalu memahami dan menyadari bahwa kepandaian bukanlah segala-galanya. Jika kita dikarunia kelebihan, janganlah dijadikan ambisi dan kekuatan untuk mempertahankan sesuatu yang dianggap benar karena akan menyusahkan diri sendiri dan orang lain.
Penutup
Cerpen ini dikemas dengan amanat yang sangat bermanfaat bagi pembaca karena ceritanya yang menarik, sederhana dan menceritakan kehidupan sehari-hari terutama pelajar. Kemudian terdapat tokoh-tokoh dengan karakteristik yang berbeda-beda. Alur dan latar yang tersusun serta gaya bahasa sehari-hari sehingga dapat menghidupkan dan mewarnai isi cerita.

biodata

Nama : Titik Nurmalasari
Npm : 032109019
Kelas : III-A
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tempat, tanggal lahir : 13 September 1991
Alamat : Komp.IPB 1 RT/RW 4/8 No. 139 Sindang Barang Loji Bogor
Hobi : nonton film korea, mendengarkan musik super junior